![]() |
Cover Story Prompt By : Ilyas Husein |
Waduh, ini batas waktu PKB makin deket aja ya. Pusing juga mikirinnya. Dari mana mulainya sih? Oh iya, bener juga, kan ada tahapannya. Kayak masak aja, gak bisa langsung jadi nasi goreng kan? Ada proses...
Oke, jujur saja , negosiasi Perjanjian Kerja Bersama (PKB) itu bukan kayak ngobrol santai di warung kopi. Meski ujung-ujungnya pengennya sih sama-sama happy , tapi memutarnya lho, penuh liku dan drama. Kayak kata Roger Fisher dan William Ury dalam buku klasik mereka, Getting to Yes , negosiasi itu harusnya "memisahkan orang dari masalah" . Nah, ini penting nih buat diinget. Jangan sampai membawa emosi pribadi.
"Dalam seni bernegosiasi, ketegasan dan kepekaan adalah dua sisi mata uang; keduanya diperlukan untuk menciptakan kesepakatan yang saling menguntungkan."
Tahap 1: Persiapan – Mengumpulkan Amunisi dan Menyusun Strategi
Pertama-tama nih ya, bayanganin kita mau naik gunung. Gak mungkin kan langsung berangkat tanpa persiapan? Sama kayak negosiasi PKB. Harus siapin semua-muanya dulu.
Tahap persiapan ini krusial banget. Ibarat kata, inilah saatnya kita ngumpulin semua "amunisi". Baik dari pihak perusahaan maupun serikat pekerja, masing-masing punya “pekerjaan rumah” yang harus diselesaikan. Kita harus tahu betul apa yang ingin kita capai, apa prioritas kita, dan batasan-batasan kita.
Roy J. Lewicki, David M. Saunders, dan Bruce Barry dalam buku mereka Negotiation menekankan pentingnya "memahami tujuan dan kepentingan Anda sendiri" sebelum masuk ke meja perundingan. Artinya, kita harus jelas dulu, apa sebenarnya yang kita butuhkan? Bukan sekedar sekedar “pokoknya naik gaji!”, tapi kenapa kita butuh kenaikan gaji tersebut? Data-datanya mana? Dibandingkan dengan industri lain, bagaimana?
Dari sisi serikat pekerja, biasanya inilah saatnya mereka turun ke bawah, ngobrol sama anggota, nyerap aspirasi. Keluhan apa aja sih yang paling sering muncul? Pertanyaan apa yang paling mendesak? Semua ini jadi bahan mentah yang penting banget.
"Negosiasi yang sukses adalah harmoni antara kepentingan dan pengertian; di mana setiap suara dihargai, dan setiap langkah diambil dengan pertimbangan."
Sementara itu, pihak perusahaan juga tidak kalah sibuk. Mereka pasti menganalisis kondisi keuangan perusahaan, proyeksi ke depan, dan dampaknya jika tuntutan serikat pekerja dikabulkan. Mereka juga perlu mengidentifikasi area mana yang fleksibel dan mana yang tidak bisa dinegosiasikan .
Pokoknya, di tahap ini tuh kayak lagi main catur. Mikirin langkah-langkah ke depan, antisipasi gerakan lawan, nyusun strategi.
Tahap 2: Diskusi dan Definisi Isu – Membuka Kartu di Meja Perundingan
Oke, amunisi sudah siap. Sekarang saatnya ketemu di medan perang eh, meja perundingan maksudnya. Mulai nih, saling lempar ide.
Pada tahap ini, kedua belah pihak duduk bersama dan mulai menyampaikan pandangan masing-masing. Serikat pekerja menyampaikan tuntutan mereka secara resmi, lengkap dengan argumentasi dan data pendukung. Pihak perusahaan juga memberikan tanggapan dan menyampaikan perspektif mereka.
Richard E. Walton dan Robert B. McKersie dalam A Behavioral Theory of Labor Negotiations menyebutkan bahwa tahap ini penting untuk "building the early bargaining range" . Artinya, kita mulai memetakan batasan-batasan yang mungkin untuk disepakati. Meskipun mungkin terdapat perbedaan pendapat yang signifikan pada awal, namun inilah saatnya kita mulai memahami posisi masing-masing.
Kadang-kadang di tahap ini tuh suasananya masih agak tegang ya. Kayak lagi ngeraba-raba, kira-kira lawan ini maunya apa sih sebenarnya? Seberapa kuat sih posisi mereka?
Penting banget di tahap ini untuk menjaga komunikasi yang baik. Dengerin baik-baik apa yang disampaikan pihak lain, jangan langsung motong atau menyanggah. Coba pahami sudut pandang mereka, meskipun kita tidak sepakat.
Tahap 3: Tawar-Menawar dan Pemecahan Masalah – Mencari Titik Temu di Tengah Perbedaan
Nah, ini nih inti dari negosiasi. Mulai deh saling tarik ulur, nyari jalan tengah. Kadang banyak, kadang ada celahnya.
Ini adalah tahap yang paling dinamis dan seringkali paling memakan waktu. Kedua belah pihak mulai melakukan tawar-menawar, saling memberikan konsesi, dan mencari solusi untuk isu-isu yang belum disepakati.
Howard Raiffa dalam The Art & Science of Negotiation menekankan pentingnya "menciptakan nilai" dalam negosiasi. Artinya, bukan sekadar permainan zero-sum di mana satu pihak menang dan pihak lain kalah. Sebisa mungkin, mencari solusi yang bisa menguntungkan kedua belah pihak. Misalnya, dari sekedar fokus pada kenaikan gaji, mungkin juga bisa dibahas soal peningkatan fasilitas atau program pelatihan.
Di tahap ini tuh butuh kesabaran ekstra. Terkadang emosi bisa naik turun. Tapi mendapatkan kata Fisher dan Ury, pisahkan orang dari masalahnya. Fokus sama isunya, bukan sama siapa yang ngomong.
Taktik-taktik negosiasi mulai dikeluarkan di tahap ini. Ada yang menggunakan taktik "angka jangkar" (memulai dengan permintaan yang tinggi), ada yang menggunakan taktik "konsesi bertahap", ada juga yang mencoba mencari solusi kreatif yang out of the box .
Tahap 4: Penutupan dan Kesepakatan – Mengikat Janji dalam Dokumen Resmi
Akhirnya... kalau semua berjalan lancar, sampailah kita di garis finish. Sepakat! Tapi jangan lupa, perjanjian ini harus berlangsung secara resmi.
Setelah melalui proses yang panjang dan melelahkan, akhirnya kedua belah pihak mencapai kesepakatan. Semua poin yang sudah disetujui kemudian dituangkan dalam draf PKB. Penting untuk memastikan bahwa bahasa yang digunakan jelas dan tidak menimbulkan ambiguitas di kemudian hari.
Max Bazerman dan Margaret Neale dalam Negotiating Rationally mengingatkan bahwa “perjanjian yang ditandatangani bukanlah akhir dari proses negosiasi, melainkan awal dari proses implementasi” . Artinya, setelah sepakat, masih ada pekerjaan rumah yang menanti, yaitu memastikan bahwa PKB ini berjalan dengan baik.
Rasanya lega banget kalau udah sampai tahap ini. Kayak abis ujian skripsi. Tapi inget, jangan langsung euforia. Masih ada satu langkah lagi.
Tahap 5: Ratifikasi dan Implementasi – Batasan Apa yang Sudah Disepakati
Dokumen sudah ditandatangani. Tapi ini belum selesai sepenuhnya. PKB ini harus disosialisasikan dan dijalankan dengan benar.
Tahap terakhir adalah meratifikasi PKB (biasanya oleh anggota serikat pekerja) dan kemudian mengimplementasikannya. Sosialisasi PKB kepada seluruh karyawan penting agar semua pihak memahami hak dan kewajiban mereka.
Pada tahap ini, komitmen dari kedua belah pihak sangat dibutuhkan. Jangan sampai ada yang merasa dirugikan atau tidak didengarkan. Kalau ada masalah di kemudian hari, ya harus dibicarakan lagi secara baik-baik.
Kesimpulan: Negosiasi Itu Seni, Bukan Sekadar Adu Kuat
Jadi, begitulah kira-kira tahapan-tahapan dalam negosiasi PKB. Memang panjang dan kadang bikin kecewa. Tapi kalau dijalani dengan baik, hasilnya bisa memuaskan semua pihak.
Negosiasi PKB bukan sekadar adu kuat antara perusahaan dan serikat pekerja. Lebih dari itu, ini adalah seni mencari titik temu, membangun hubungan yang baik, dan menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dan produktif. Dengan memahami tahapan-tahapannya dan menerapkan prinsip-prinsip negosiasi yang efektif, kita dapat mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.
Semoga artikel ini bisa sedikit memberikan gambarannya ya. Intinya sih, siapkan diri dengan baik, jaga komunikasi, dan jangan lupa, tujuan utamanya adalah mencapai kesepakatan yang adil untuk semua.
Editor : Ilyas Husein & Sidodadi
Graphic Prompt By : Ilyas Husein
Ketua Bidang Advokasi : Iwan Kurniawan
0 Komentar