google-site-verification=ZmMQjNJaafwUyB4tCOuIr-ULeAPr_l_bz-JGQBYe-k4 PRA-Kondisi IWD 2025 : REAKTUALISASI SPIRIT MILITANSI DARI DAGENHAM

PRA-Kondisi IWD 2025 : REAKTUALISASI SPIRIT MILITANSI DARI DAGENHAM

 Ah, Made in Dagenham. Film yang dirilis tahun 2010 ini terasa seperti angin segar, bukan hanya karena akting para pemainnya yang memukau, tapi juga karena cerita di baliknya yang begitu relevan hingga kini. Kita dibawa kembali ke tahun 1968, ke pabrik Ford di Dagenham, Inggris, tempat para perempuan pekerja jahit jok mobil berjuang gigih menuntut kesetaraan upah dengan rekan kerja laki-laki mereka. Mendengar kisah itu, rasanya seperti ada benang merah yang menghubungkan masa lalu dengan realitas yang kita hadapi saat ini.



Footage Foto Asli Gerakan buruh perempuan  Dagenham




Ingatkah bagaimana semangat Rita O'Grady dan kawan-kawan membara? Mereka, para ibu rumah tangga yang juga tulang punggung keluarga, tiba-tiba menjadi garda depan perjuangan kesetaraan. Bukan tanpa alasan. Statistik pada masa itu menunjukkan jurang pemisah upah yang mencolok antara pekerja laki-laki dan perempuan. Di Inggris, rata-rata upah perempuan hanya sekitar 60% dari upah laki-laki untuk pekerjaan yang setara (sumber: Equal Opportunities Commission, laporan tahun 1970). Angka yang mencengangkan, sekaligus memicu amarah.


Film ini bukan sekadar drama sejarah. Ia adalah cermin yang memantulkan dinamika gerakan buruh, dulu dan kini. Melihat bagaimana para perempuan Dagenham berani melakukan aksi mogok, mengorganisir diri, dan bahkan melakukan perjalanan ke London untuk berbicara langsung dengan para petinggi Ford dan pemerintah, kita seperti melihat prototipe gerakan buruh modern. Solidaritas antar pekerja, keberanian untuk melawan ketidakadilan, dan kemampuan untuk mengartikulasikan tuntutan secara jelas – semua elemen itu hadir dalam perjuangan mereka.


"Dengan tekad yang membara, buruh perempuan menulis ulang sejarah; kita adalah pionir dalam perjuangan hak, menuntut pengakuan dan penghormatan."


Lantas, apa hubungannya dengan kebangkitan gerakan buruh saat ini? Mungkin kita tidak lagi melihat aksi mogok masal di pabrik mobil setiap hari. Namun, jangan salah, bara perjuangan itu tidak pernah benar-benar padam. Data terbaru dari International Labour Organization (ILO, 2023) menunjukkan adanya peningkatan aktivitas serikat pekerja di berbagai belahan dunia, terutama di sektor-sektor yang sebelumnya dianggap sulit dijangkau seperti pekerja gig economy dan pekerja lepas.


Footage dari Film Made In Dagenham



Mungkin bentuknya berbeda. Dulu, aksi mogok dan demonstrasi menjadi andalan. Kini, kita melihat penggunaan media sosial untuk menggalang dukungan, petisi online yang viral, dan kampanye advokasi yang lebih terstruktur. Namun, esensinya tetap sama: memperjuangkan hak-hak pekerja, kondisi kerja yang layak, dan kesejahteraan yang lebih baik.


Footage Film Made in Dagenham



Film Made in Dagenham mengajarkan kita bahwa perubahan tidak datang dengan sendirinya. Perlu keberanian untuk bersuara, solidaritas untuk saling mendukung, dan ketekunan untuk terus berjuang. Seperti yang ditunjukkan oleh para perempuan Dagenham, satu suara kecil bisa menjadi gelombang perubahan besar jika diorganisir dengan baik dan memiliki tujuan yang jelas. Perjuangan mereka untuk kesetaraan upah, yang kemudian menginspirasi lahirnya Equal Pay Act di Inggris pada tahun 1970, adalah bukti nyata kekuatan gerakan buruh.


"Kebangkitan gerakan buruh perempuan adalah pilar kekuatan yang membangun fondasi keadilan sosial, di mana setiap wanita berhak untuk bermimpi dan berdaya."



Tentu, tantangan yang dihadapi gerakan buruh saat ini berbeda. Globalisasi, otomatisasi, dan perubahan lanskap pekerjaan menghadirkan kompleksitas baru. Namun, semangat untuk memperjuangkan keadilan dan kesetaraan tetap relevan. Kita bisa belajar dari kisah Made in Dagenham tentang pentingnya membangun aliansi, tidak hanya antar pekerja di sektor yang sama, tetapi juga dengan kelompok masyarakat lain yang memiliki visi yang sama tentang keadilan sosial.


Mungkin setelah menonton Made in Dagenham, kita jadi lebih peka terhadap isu-isu ketenagakerjaan di sekitar kita. Mungkin kita jadi lebih mengapresiasi peran serikat pekerja dan organisasi buruh lainnya. Atau mungkin kita jadi terinspirasi untuk ikut berkontribusi dalam menciptakan dunia kerja yang lebih adil dan manusiawi. Film itu bukan sekadar hiburan, tapi juga pengingat akan panjangnya perjalanan perjuangan buruh dan pentingnya untuk terus menjaga api semangat itu tetap menyala.


"Ketika perempuan bersatu dalam perjuangan, mereka menciptakan gelombang perubahan yang tak terhentikan, menuntut hak yang layak dalam dunia kerja."


Jadi, mari kita terus belajar dari masa lalu, mengambil inspirasi dari keberanian para perempuan Dagenham, dan bersama-sama membangun masa depan gerakan buruh yang lebih kuat dan relevan. Karena, pada akhirnya, kesejahteraan pekerja adalah fondasi dari masyarakat yang adil dan makmur.


Tulisan ini adalah bagian dari Pra-Kondisi Woman's International Day 2025.

Sumarnita Br. Ginting


Editor : Ilyas Huseim



Posting Komentar

0 Komentar