google-site-verification=ZmMQjNJaafwUyB4tCOuIr-ULeAPr_l_bz-JGQBYe-k4 Reminder Buat Para Bung di Medan Juang : Kenapa Kita Harus Peduli Kekerasan Gender di Tempat Kerja

Reminder Buat Para Bung di Medan Juang : Kenapa Kita Harus Peduli Kekerasan Gender di Tempat Kerja

 

Cover Story Kekerasan Gender




Oke, santai aja ya, kita ngobrolin soal kenapa sih serikat pekerja tuh kudu banget melek soal kekerasan gender di tempat kerja. Kayak, penting banget gitu lho.


Coba bayangkan. Kamu bekerja untuk mendapatkan uang, bukan? Mencari nafkah, berkeluarga, membuat makan di depan kantor saat lapar di siang hari. Tapi, enakkah kalau bolos kerja tapi tidak aman? Tidak nyaman? Bayangkan saja, ada teman kerja yang digunjingkan secara tidak jujur, dikomentari soal penampilannya yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan, atau bahkan lebih parah lagi, hingga disenggol dengan kasar. Yah, memikirkannya saja membuatku merinding.



Nah, di sinilah peran serikat pekerja itu penting banget. Serikat pekerja kan intinya ngewakilin suara para pekerja. Mereka tuh harusnya jadi garda terdepan buat mastiin semua pekerja, tanpa terkecuali, bisa kerja dengan tenang dan aman. Nggak cuma aman dari kecelakaan kerja yang emang udah ada aturannya itu lho, tapi juga aman dari perlakuan yang nggak adil, diskriminasi, dan termasuk kekerasan gender ini.




"Setiap suara yang teredam oleh kekerasan gender adalah potensi yang hilang. Bersama kita harus berdiri teguh, menghapus stigma, dan membangun tempat kerja yang bebas dari ketakutan."


Kadang tuh mikir, kenapa ya isu kekerasan gender ini kayak kurang greget di kalangan serikat pekerja? Apa karena mikirnya ini urusan pribadi? Atau karena masih banyak yang nganggep kekerasan gender itu cuma soal fisik aja? Padahal mah, kekerasan gender tuh luas banget spektrumnya.


Ada pelecehan verbal kayak komen-komen seksis, ada pelecehan non-verbal kayak siulan-siulan nggak sopan, ada pelecehan psikologis yang bikin mental down, sampe yang paling parah ya kekerasan fisik dan seksual. Semua itu bisa terjadi di tempat kerja, dan efeknya ngeri banget buat korban.



Coba deh lihat data. Menurut penelitian dari ILO (Organisasi Buruh Internasional), lebih dari sepertiga perempuan di seluruh dunia pernah mengalami kekerasan atau pelecehan psikologis di tempat kerja. Nggak main-main kan angkanya? Dan ini baru yang psikologis lho, belum yang lainnya. Artinya, di antara temen-temen kerja kita, mungkin aja ada yang lagi ngerasain hal kayak gini, tapi diem aja karena takut atau malu.


"Kesadaran terhadap kekerasan gender adalah langkah pertama menuju perubahan. Mari kita berani berbicara, agar setiap langkah di tempat kerja menjadi langkah menuju kesetaraan dan penghormatan."



Terus, apa hubungannya sama serikat pekerja? Ya jelas ada dong! Serikat pekerja kan punya kekuatan kolektif. Kalo mereka paham soal kekerasan gender, mereka bisa bikin kebijakan yang jelas di tingkat perusahaan. Misalnya, bikin kode etik yang melarang segala bentuk kekerasan gender, bikin mekanisme pelaporan yang aman dan terpercaya, terus ngasih sanksi yang tegas buat pelaku. Bayangin deh, kalo serikat pekerja aktif ngadain sosialisasi soal ini, pasti banyak pekerja yang jadi lebih sadar dan berani buat ngomong kalo mereka ngalamin atau ngelihat kejadian yang nggak bener.



Selain itu, serikat pekerja juga bisa jadi jembatan buat korban. Kadang tuh korban bingung mau ngadu ke siapa, takut nggak dipercaya, atau takut malah kena masalah. Nah, kalo ada serikat pekerja yang siap dengerin dan bantu, pasti beda ceritanya. Serikat pekerja bisa dampingi korban buat lapor ke pihak yang berwenang, bisa ngasih dukungan moral, dan bisa mastiin hak-hak korban tetap terlindungi.



Tapi ya gitu deh, kadang masih ada aja serikat pekerja yang mikirnya kekerasan gender ini bukan urusan mereka. Mereka lebih fokus ke masalah upah atau tunjangan. Padahal mah, lingkungan kerja yang aman dari kekerasan gender itu juga bagian dari kesejahteraan pekerja. Gimana coba mau kerja dengan produktif kalo pikiran lagi nggak karuan karena abis dikatain yang nggak-nggak sama atasan? Gimana mau semangat kerja kalo tiap hari ketemu sama rekan kerja yang perilakunya bikin risih?



Jadi gini lho, serikat pekerja tuh nggak bisa cuma fokus ke urusan perut aja. Kesejahteraan pekerja itu luas, mencakup rasa aman dan hormat di tempat kerja. Kalo serikat pekerja bener-bener peduli sama anggotanya, mereka harus berani ngangkat isu kekerasan gender ini. Mereka harus jadi garda terdepan buat nyiptain lingkungan kerja yang inklusif dan bebas dari segala bentuk kekerasan. Ini bukan cuma soal hak asasi manusia, tapi juga soal menciptakan tempat kerja yang lebih baik buat semua. Masa’ iya sih, kita kerja cuma buat nyari duit, tapi malah jadi korban kekerasan? Kan nggak banget.


Di balik setiap insiden kekerasan gender, ada cerita yang tak terucapkan. Mari kita berani mendengarkan, berbicara, dan bertindak untuk menciptakan tempat kerja yang penuh empati dan keadilan."


Rita Hendratiningsih

Divisi Pendidikan FSP FARKES-R, Pegiat Kesetaraan Perempuan


Bicara data : Indeks Kesetaraan Gender di ASEAN

Indonesia sendiri berada di peringkat ketujuh ASEAN sekaligus ke-100 global dengan indeks kesetaraan gender di angka 0,686. Nilai ini mengalami penurunan 0,011 poin dari tahun 2023 yang semula berada di angka 0,697.




Posting Komentar

0 Komentar