Disclaimer: artikel ini imajiner, bukan maksud merendahkan tokoh bangsa tapi me relate perjuangan tokoh bangsa jaman old, dan andainya mereka hadir teleportasi ke jaman now-Lets jump the ride gaes !!!
Bro, Sis, and everyone in between! Lo bayangin deh, seandainya Ibu Rasuna Said, the one and only pejuang emansipasi dan kritikus pedas zaman kolonial, tiba-tiba teleportasi ke tengah-tengah perayaan (atau lebih tepatnya, perjuangan) Mayday zaman sekarang. Bukan lagi orasi di lapangan terbuka dengan sorotan mata penjajah, tapi di atas mobil komando, dikelilingi vibes anak muda dengan banner kreatif dan lagu anthem buruh yang di-remix ala DJ. Pasti pecah banget!
Gue pribadi merinding ngebayanginnya. Rasuna Said, sosok yang bikin gentar Belanda dengan pidato-pidatonya yang powerful, tiba-tiba hadir di era kita. Kira-kira apa ya yang bakal beliau teriakin? Apa yang bakal beliau lihat dari Mayday "jaman now" ini? Apakah semangat perjuangan buruh masih sama membara, atau malah redup ketutup filter Instagram dan story TikTok?
Dialog Imajinasi: Rasuna Said Menggebrak Mobil Komando Mayday "Jaman Now"
Soundcheck! Satu… dua… test mic!
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh! Merdeka! Merdeka! Merdekaaaa!"
Suara menggelegar itu, gue yakin seratus persen, akan langsung membungkam kebisingan klakson dan hiruk pikuk jalanan. Mata semua orang bakal tertuju ke atas mobil komando. Sosok perempuan berkerudung, anggun tapi aura perjuangannya menusuk mata. Rasuna Said di Mayday 2025? This is gonna be epic!
"Anak-anak muda Indonesia! Buruh-buruh perkasa! Hari ini, 1 Mei, bukan sekadar tanggal merah di kalender! Ini adalah Mayday! Hari perjuangan! Dulu, Mayday adalah teriakan kaum buruh di seluruh dunia, menuntut hak! Menentang penindasan! Apakah hari ini semangat itu masih ada?"
Beliau berhenti sejenak, matanya menatap tajam ke arah kerumunan. Gue bisa ngerasain aura intimidating yang sama kayak yang dirasain penjajah dulu. Ini bukan orasi biasa, ini panggilan jiwa!
"Dulu, kami berjuang melawan penjajah asing! Mereka merampas tanah air, menindas rakyat, dan memeras keringat buruh! Kalian tahu berapa lama kita dijajah? Ratusan tahun! Dan perempuan, kaum ibu, kaum hawa… kita merasakan penindasan dobel! Dijajah bangsa lain, dan seringkali, maaf-maaf kata, diremehkan bahkan di negeri sendiri!"
Mic drop? Belum! Rasuna Said baru mulai pemanasan!
"Lihatlah hari ini! Indonesia merdeka! Kita punya bendera Merah Putih! Kita punya Pancasila! Tapi, apakah kemerdekaan ini sudah dirasakan sepenuhnya oleh kaum buruh? Apakah keringat mereka dihargai? Apakah hak-hak mereka dijamin? Think again!"
Nah, di sini nih poin pentingnya. Rasuna Said pasti langsung nyentil isu-isu buruh "jaman now". Gue yakin banget beliau bakal ngangkat soal kesenjangan upah, kontrak kerja yang gak jelas, outsourcing yang merajalela, dan yang paling penting… kesetaraan gender di dunia kerja!
Mayday "Jaman Now": Perempuan Buruh di Persimpangan Jalan
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan memang meningkat, mencapai 54,47%. Tapi, tunggu dulu, jangan langsung senang! Angka ini masih jauh di bawah TPAK laki-laki yang mencapai 83,49%. Artinya, masih banyak perempuan yang gak punya akses yang sama ke dunia kerja.
Dan, listen to this, kesenjangan upah gender masih nyata banget! Menurut Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2023, rata-rata upah buruh perempuan per bulan adalah Rp 3,69 juta, sementara laki-laki Rp 4,29 juta. Selisih hampir 600 ribu rupiah! Ini bukan angka kecil, guys! Ini bukti bahwa gender pay gap masih menganga lebar di Indonesia.
Belum lagi soal diskriminasi di tempat kerja. Banyak perempuan buruh yang mengalami pelecehan seksual, perundungan, dan sulit naik jabatan karena stereotip gender. Katanya emansipasi? Katanya equality? Bullshit! Kalau di lapangan masih banyak perempuan yang diperlakukan gak adil.
Balik lagi ke orasi imajiner Rasuna Said. Beliau pasti bakal garuk-garuk aspal mobil komando saking gregetannya.
"Hei, kalian para penguasa, para pemilik modal! Apakah kalian lupa jasa ibu pertiwi? Apakah kalian lupa bahwa perempuan adalah tulang punggung keluarga, bahkan bangsa? Kenapa hak-hak mereka masih diabaikan? Kenapa upah mereka lebih rendah? Kenapa mereka seringkali jadi korban diskriminasi?"
"Dulu, kami perempuan Indonesia berjuang bahu membahu dengan kaum laki-laki untuk merebut kemerdekaan! Kami bukan cuma masak di dapur! Kami ikut angkat senjata! Kami ikut berorasi! Dan sekarang, di era kemerdekaan, kami masih harus berjuang untuk hak-hak yang sama di dunia kerja? This is unacceptable!"
Mayday Zaman Old vs. Mayday Zaman Now: Esensi Perjuangan yang Tak Pernah Pudar
Nah, biar lebih deep, gue coba cari quote dari pakar yang relate sama perbandingan Mayday zaman dulu dan sekarang. Ketemu nih omongan dari Dr. Rachmat Heru Prasetyo, pakar sosiologi dari Universitas Indonesia, dalam sebuah diskusi tentang Mayday:
"Esensi Mayday dari dulu hingga sekarang sebenarnya sama, yaitu perjuangan untuk hak-hak buruh dan keadilan sosial. Dulu, perjuangannya lebih fokus pada isu-isu basic seperti jam kerja, upah minimum, dan kondisi kerja yang layak. Sekarang, isu-isu itu masih relevan, tapi berkembang ke arah yang lebih kompleks, seperti isu outsourcing, kontrak kerja fleksibel, hingga kesetaraan gender dan dampak teknologi terhadap pekerjaan."
Tuh, kan! Esensinya sama! Perjuangan untuk keadilan sosial! Hanya saja, medan pertempurannya yang berubah. Dulu melawan penjajah kolonial, sekarang melawan sistem kapitalisme yang kadang toxic, melawan diskriminasi gender yang masih mengakar, dan melawan ketidakpastian kerja di era digital.
Rasuna Said, kalau denger omongan Dr. Rachmat, pasti manggut-manggut setuju. Beliau pasti bilang, "Betul sekali! Perjuangan tidak pernah berhenti! Dulu melawan penjajah bersenjata, sekarang melawan penjajah ekonomi dan budaya! Perempuan buruh harus jadi garda terdepan! Jangan mau lagi diremehkan! Tuntut hak kalian! Suarakan aspirasi kalian! Jangan biarkan semangat Mayday redup!"
Mayday Itu Relate!
Oma Rasuna lanjutin orasinya : "Bro, Sis, wake up! Mayday ini bukan cuma event tahunan buat upload story di IG! Ini momentum buat kita speak up! Buat kita fight for our rights! Jangan cuma jadi silent majority! Be the change! Kalau dulu pahlawan kita berani mati demi kemerdekaan, masa kita gak berani speak up demi hak-hak kita sebagai buruh? Come on, guys! We can do better than that!"
Beliau lanjutin orasinya terus membakar ke jumudan pemikiran kita hari ini
"Seriously, guys? It's 2024! Masa masih ada gender pay gap? Masa perempuan masih susah naik jabatan cuma karena dia perempuan? This is so outdated! So yesterday! Kita ini generasi now, generasi equality! Gak ada lagi istilah 'perempuan lemah' atau 'laki-laki superior'! Semua sama! Semua punya hak yang sama! No more bullshit, okay?"
Intinya, pesannya tetep powerful, semangatnya tetep membara, tapi dikemas dengan bahasa yang lebih friendly dan relate sama anak muda. Biar generasi Z dan milenial juga ngeh kalau Mayday itu bukan cuma sejarah, tapi juga perjuangan yang still relevant today.
Aliran Kesadaran Super Jenius Menggugah: Mayday Bukan Sekadar Tradisi
Mayday bukan sekadar tradisi tahunan. Mayday bukan cuma pawai atau orasi di jalanan. Mayday adalah spirit perjuangan yang tak pernah padam. Mayday adalah pengingat bahwa hak-hak buruh, hak-hak perempuan, hak-hak semua orang yang tertindas harus terus diperjuangkan.
Rasuna Said, dengan semangatnya yang membara, dengan keberaniannya yang tak tertandingi, adalah simbol perjuangan itu. Seandainya beliau hadir di Mayday "jaman now", gue yakin orasi beliau akan mengguncang dunia. Orasi beliau akan membangkitkan kesadaran semua orang, terutama generasi muda, bahwa perjuangan belum selesai.
Kita harus terus berjuang untuk kesetaraan gender di dunia kerja. Kita harus terus melawan diskriminasi dan ketidakadilan. Kita harus terus menyuarakan aspirasi kaum buruh, terutama perempuan buruh yang seringkali terlupakan.
Mayday "jaman now" harus jadi momentum untuk refleksi, untuk aksi, untuk perubahan. Bukan cuma upload story di sosmed, tapi beneran action di dunia nyata. Bukan cuma ikut-ikutan pawai, tapi beneran paham esensi perjuangan.
Rasuna Said pasti bangga kalau melihat anak muda zaman sekarang semangat memperjuangkan hak-hak buruh dan kesetaraan gender. Beliau pasti tersenyum melihat semangat Mayday masih membara, meski di era digital dan dengan gaya bahasa yang lebih kekinian.
So, guys, mari kita teruskan perjuangan! Mari kita jadikan Mayday bukan cuma tradisi, tapi movement! Mari kita gaungkan semangat Rasuna Said di era digital! Merdeka! Merdeka! Merdekaaa!
Mic… drop… for real this time. 😎👊🔥
Tim Media FSP FARKES-R
0 Komentar