Yo, pernah denger gak sih pepatah "Sejarah itu berulang"? Nah, film 'Strike: An Uncivil War' ini kayak tamparan keras yang bikin lo melek: apa yang terjadi di Orgreave tahun 80-an itu bukan cuma debu sejarah, tapi api yang masih nyala, bahkan mungkin makin gede di era kita sekarang.
Film dokumenter "Strike: An Uncivil War" garapan Daniel Gordon ini bukan sekadar film sejarah yang ngebosenin. Ini kayak lo diajak masuk ke lorong waktu, balik ke Inggris era Thatcher, tepatnya ke tahun 1984-85, masa-masa mogok kerja buruh tambang yang paling brutal. Orgreave Coking Plant jadi saksi bisu, tempat bentrokan antara ribuan buruh tambang yang lagi demo damai (katanya sih damai…) sama polisi anti huru hara yang jumlahnya kayak pasukan invasi. Film ini gak main-main, bro. Mereka ngumpulin lagi saksi mata dari dua sisi: mantan buruh tambang yang udah kakek-kakek, sama mantan polisi yang dulu masih brondong. Mereka cerita blak-blakan, tanpa sensor, tentang apa yang sebenarnya terjadi di Orgreave hari itu.
Gue nonton film ini kayak lagi scrolling TikTok, tapi versi horornya. Bayangin aja, adegan demi adegan tuh kayak deja vu. Buruh-buruh ini kan cuma mau mempertahankan pekerjaan, periuk nasi keluarga mereka. Tapi pemerintah waktu itu kayak gak peduli, malah ngirim polisi buat ngehajar mereka habis-habisan. Di film ini, lo bakal lihat sendiri gimana polisi-polisi itu kayak kesetanan, mukulin buruh pakai pentungan, ngejar mereka kayak binatang buruan. Bahkan ada yang bilang, polisi waktu itu kayak dikasih lampu hijau buat berbuat brutal. Ini bukan lagi demo, ini udah kayak perang beneran, man!
Yang bikin nyesek, film ini nunjukkin gimana media mainstream waktu itu ikut-ikutan nge-framing buruh tambang sebagai biang kerok kerusuhan. Berita di TV dan koran penuh dengan disinformasi, nyebut buruh sebagai "musuh negara" lah, "perusuh" lah. Padahal, kalau lo dengerin cerita dari buruh-buruh di film ini, mereka cuma korban. Mereka cuma manusia yang lagi berjuang buat hidup yang layak. Kayak kata pepatah, "Sejarah ditulis oleh para pemenang," tapi di film ini, suara korban akhirnya dikasih panggung.
Nah, terus korelasinya sama gerakan buruh hari ini gimana? Jangan salah sangka bro, semangat perlawanan buruh Orgreave itu masih relevan banget zaman sekarang. Mungkin bentuk perjuangannya beda, gak lagi demo di jalanan lawan polisi (walaupun kadang masih ada sih…). Tapi intinya sama: buruh masih seringkali jadi pihak yang lemah, gampang diinjak-injak sama pemilik modal dan kebijakan pemerintah yang gak pro rakyat.
Coba deh lo lihat kondisi kerja sekarang. Banyak anak muda kayak kita kerja di gig economy, jadi freelancer atau buruh harian. Kerja keras banting tulang, tapi minim perlindungan, gaji gak pasti, gak ada jaminan sosial. Perusahaan-perusahaan gede makin kaya raya, sementara buruhnya ya gitu-gitu aja, bahkan makin susah. Dulu buruh tambang lawan Thatcher, sekarang buruh online lawan algoritma dan perusahaan aplikasi yang kejam. Bentuknya beda, tapi esensinya sama: perjuangan kelas!
Film "Strike" ini bukan cuma tontonan sejarah, tapi juga kayak alarm buat kita semua. Ini ngingetin kita bahwa perjuangan buruh itu gak pernah selesai. Bahwa ketidakadilan itu selalu ada, cuma ganti wajah dan bentuknya aja. Kita sebagai generasi muda, harus belajar dari sejarah Orgreave. Kita harus solid, bersatu, dan berani melawan segala bentuk penindasan. Kayak kata-kata bijak, "Mereka mungkin mencoba mengubur kita, tapi mereka tidak tahu bahwa kita adalah benih." Semangat perlawanan buruh Orgreave harus jadi inspirasi buat kita semua, buat terus berjuang demi keadilan dan kesejahteraan bersama.
Film "Strike: An Uncivil War" ini bukan cuma ngasih lo fakta sejarah, tapi juga feel perjuangan, feel solidaritas, dan feel kemarahan yang membara. Setelah nonton film ini, lo pasti bakal mikir dua kali tentang arti keadilan, tentang hak-hak buruh, dan tentang pentingnya kita semua bersuara, jangan mau diem aja kalau ada yang gak beres. Pokoknya, film ini wajib banget ditonton buat lo yang peduli sama isu sosial dan pengen jadi bagian dari perubahan.
Cuplikan :
0 Komentar