google-site-verification=ZmMQjNJaafwUyB4tCOuIr-ULeAPr_l_bz-JGQBYe-k4 Serial Prakondisi IWD 4 : Spill the Tea Bareng Rasuna Said: Emansipasi Dulu vs. Sekarang, Masihkah Relevan?

Serial Prakondisi IWD 4 : Spill the Tea Bareng Rasuna Said: Emansipasi Dulu vs. Sekarang, Masihkah Relevan?

  

Tokoh emansipasi Lokal
Cover Story By : Ilyas Husein



[ADEGAN DIMULAI]

Setting: Sebuah kedai kopi aesthetic di Jakarta Selatan, tahun 2024. Meja kayu dengan latte art cantik di cangkir. Seorang anak muda (kita sebut saja namanya Andi, pakai hoodie dan sneakers) duduk sambil scroll HP. Tiba-tiba, asap mengepul dari cangkir kopi, dan... voila! Muncul sosok perempuan anggun berkebaya, dengan tatapan mata yang tajam dan berwibawa. Itu dia, Hajjah Rangkayo Rasuna Said!

Andi: (Kaget, hampir menjatuhkan HP) Eh, buset! Ini... ini beneran Ibu Rasuna Said?! Kayak sulap!

Rasuna Said: (Tersenyum hangat, tapi tetap ada aura power-nya) Tenang anak muda. Bukan sulap, ini... katakanlah, time travel versi kearifan lokal. Kamu memanggilku dalam pikiranmu, dan aku di sini. Kamu siapa, anak muda?

Andi: Saya Andi, Bu. Ehm, gini Bu, saya lagi belajar tentang Ibu di sekolah. Katanya Ibu itu "Macan Podium", jago orasi, pejuang perempuan. Keren banget! Tapi kadang saya mikir, perjuangan Ibu dulu itu... masih relate gak sih sama kondisi sekarang?

Rasuna Said: Relate? Pertanyaan bagus. Coba ceritakan padaku, apa yang membuatmu bertanya seperti itu? Zamanmu ini katanya serba online, perempuan bisa kerja apa saja, sudah maju kan?

Andi: Iya sih, Bu. Katanya emansipasi udah berhasil. Tapi ya gitu deh, Bu. Temen-temen cewek saya cerita, masih suka struggle di kantor. Gajinya kadang lebih kecil dari cowok padahal kerjanya sama. Belum lagi kalau udah nikah, beban rumah tangga kayak otomatis ke perempuan semua. Katanya sih mental load, Bu istilahnya. Kadang capek juga dengerin curhatan mereka.

Rasuna Said: (Mengangguk, matanya menerawang) Mental load... istilah baru, tapi masalahnya sama saja rupanya. Dulu di zaman saya, jangankan soal gaji yang sama, perempuan itu dianggap konco wingking, tempatnya di belakang, di dapur. Pendidikan saja susah payah kami rebut. Kerja di pabrik? Boro-boro hak-hak pekerja, yang ada cuma eksploitasi. Dulu itu, anak perempuan lebih sering dinikahkan muda, putus sekolah, nasibnya ditentukan laki-laki.

Andi: Wih, ngeri juga ya, Bu. Kayak di film-film jadul gitu.

Rasuna Said: Bukan cuma di film, Nak Andi. Itu kenyataan. Makanya saya bilang :

"Jika perempuan tidak maju, bangsa tidak akan maju. Perempuan adalah tiang negara."

Kami berteriak di podium, menulis di koran, mengajak perempuan untuk sadar, bahwa kita punya hak yang sama sebagai manusia. Bukan cuma urusan dapur dan anak.

Andi: Keren, Bu! Powerfull banget quotes Ibu. Tapi kan sekarang udah beda, Bu. Perempuan udah banyak yang jadi bos, jadi pemimpin, bahkan jadi presiden. Masih perlu diperjuangin lagi kah, Bu?

Rasuna Said: Lihatlah sekelilingmu, Andi. Memang benar ada kemajuan. Tapi apakah semua perempuan sudah merasakan kemajuan itu? Apakah kesetaraan sudah benar-benar terwujud? Jangan hanya lihat yang di permukaan. Perhatikan mereka yang bekerja di pabrik-pabrik, yang jadi pekerja rumah tangga migran, yang di pedesaan sana. Apakah mereka sudah punya suara yang sama kuatnya dengan laki-laki?

Andi: Ehm... kayaknya sih belum ya, Bu. Kadang masih dengar berita soal buruh perempuan yang digaji murah, dapat perlakuan gak adil. Apalagi kalau lagi hamil atau melahirkan, kayak makin rentan gitu.

Rasuna Said: Betul sekali. Perjuangan kita belum selesai, Andi. Bentuknya saja yang berbeda. Dulu kami melawan penjajah dan adat yang mengekang. Sekarang, kalian harus melawan ketidakadilan yang lebih halus, prasangka yang tersembunyi, sistem yang kadang masih diskriminatif. "Kemerdekaan itu bukan hanya bebas dari penjajah, tapi juga bebas dari kebodohan dan ketidakadilan." Ini juga perkataanku dulu, masih relevan kan?

Andi: Banget, Bu! Malah makin relate sama zaman sekarang. Terus, nasihat Ibu buat generasi kami yang sekarang ini gimana? Biar perjuangan emansipasi ini tetep nyala gitu.

Rasuna Said: Untuk kalian, generasi Z dan Milenial yang kreatif dan berani, pesanku begini:

  1. Jangan pernah berhenti belajar dan kritis. Zaman sudah berubah, informasi bertebaran di mana-mana. Gunakan itu untuk menambah wawasan, untuk memahami masalah-masalah sosial, terutama yang berkaitan dengan perempuan. Jangan telan mentah-mentah apa kata orang, bertanya dan analisislah.

  2. Suarakan pendapatmu. Dulu kami berteriak di podium, kalian punya media sosial. Manfaatkan itu untuk menyuarakan kebenaran, untuk membela mereka yang lemah, untuk mengkritik ketidakadilan. Jangan takut dibilang cerewet atau drama karena memperjuangkan hak perempuan. "Diam adalah pengkhianatan." Ingat itu.

  3. Solidaritas itu kunci. Perempuan dan laki-laki, harus saling mendukung. Emansipasi bukan cuma urusan perempuan, tapi urusan kemanusiaan. Ajak teman-temanmu, pacarmu, suamimu nanti, untuk peduli dan bergerak bersama. Jangan biarkan perempuan berjuang sendirian.

  4. Jadilah perempuan yang mandiri dan berdaya. Pendidikan itu penting, karir itu juga penting. Jangan batasi dirimu hanya karena kamu perempuan. Buktikan bahwa perempuan bisa hebat di bidang apa pun.

    "Keluarga adalah sekolah pertama bagi anak-anak. Jika ibunya baik, maka baiklah anak-anaknya."
    Jadilah ibu, istri, perempuan yang baik dan kuat, yang bisa mendidik generasi penerus bangsa.

  5. Jangan lupakan sejarah. Belajarlah dari perjuangan kami dulu. Hargai jasa para pahlawan perempuan. Karena tanpa masa lalu, kita tidak akan punya masa depan. Ingatlah, perjuangan untuk kesetaraan itu panjang dan berkelanjutan.

Andi: Deep banget, Bu! Ngena banget nasihat Ibu buat kami. Jadi makin semangat buat speak up dan gak diem aja kalau lihat ketidakadilan. Thanks banget ya, Bu, udah ngasih pencerahan. Jadi makin bangga sama Ibu Rasuna Said!

Rasuna Said: (Tersenyum lagi, kali ini lebih lebar) Bagus Andi. Saya bangga melihat semangatmu. Ingatlah, api perjuangan itu harus terus menyala di setiap generasi. Jangan pernah padam. Sekarang saya harus kembali ke "dimensi" saya. Teruslah berjuang, anak muda!

[Asap mengepul lagi, Rasuna Said menghilang. Andi bengong, tapi senyum-senyum sendiri sambil mengetik sesuatu di HP. Mungkin update status atau tweet tentang obrolannya dengan Rasuna Said.]

[ADEGAN BERAKHIR]


Sumarnita Boru Gurning
Olah kata & data : Ilyas Husein dan Tim Media FSp FARKES-R

                            
Tentang Rasuna Said




Posting Komentar

0 Komentar