google-site-verification=ZmMQjNJaafwUyB4tCOuIr-ULeAPr_l_bz-JGQBYe-k4 Serial Pra Kondisi IWD 3 : Dari Zaman Old ke Now Ngobrol 'Santuy' Bareng Clara Zetkin Soal Nasib Cewek Karir

Serial Pra Kondisi IWD 3 : Dari Zaman Old ke Now Ngobrol 'Santuy' Bareng Clara Zetkin Soal Nasib Cewek Karir

 

Serial IWD 3


Gokil! Siapa sangka gue bisa chit-chat langsung sama legenda pergerakan perempuan, Clara Zetkin? Iya, Clara Zetkin yang namanya sering banget disebut di buku sejarah pas pelajaran IPS dulu, yang memperjuangkan hak-hak pekerja dan perempuan. Kebetulan banget nih, lagi scroll TikTok eh tiba-tiba berasa kayak ketarik ke dimensi lain, dan voila! Di depan gue udah duduk santai seorang perempuan dengan gaya rambut khas dan tatapan mata yang powerful. Dia senyum ramah, "Halo generasi masa depan! Clara di sini. Ada yang bisa kita obrolin?"

Gue yang masih agak shock, langsung aja nyamber, "Mba Clara, speechless banget bisa ketemu! Penasaran deh, dulu tuh kondisi kerja buat perempuan kayak gimana sih? Beda jauh ya sama sekarang?"


Dokumentasi sejarah Perjuangan Perempuan pada masanya


Mba Clara ketawa kecil, "Beda banget, sayang. Dulu tuh ya, kerja buat perempuan kelas pekerja itu kayak neraka dunia. Pabrik-pabrik isinya mesin-mesin berisik dan debu, jam kerja bisa 14-16 jam sehari, upah? Jangan ditanya, kecil banget, bahkan seringkali gak cukup buat makan. Belum lagi diskriminasi dan pelecehan di mana-mana. Kita tuh kayak mesin produksi aja, gak dianggap manusia."

Gue langsung merinding denger cerita Mba Clara. Kejam banget! "Terus, gimana Mba Clara dan teman-teman seperjuangan bisa ngelawan itu semua?"


Baca Juga Sejarah IWD


"Perlawanan itu lahir dari rasa sakit dan ketidakadilan," jawab Mba Clara dengan nada serius tapi tetap tenang. "Kita kumpul, kita diskusi, kita sadar bahwa kita gak sendirian. Dari situ muncul gerakan buruh perempuan.

Kita demo, kita bikin serikat pekerja, kita suarakan tuntutan kita. Ingat kata-kataku dulu,:

'Perempuan proletar membutuhkan hak-haknya sebagai perempuan sama seperti perempuan borjuis, tetapi perempuan proletar membutuhkan hak-hak ini bukan untuk kesenangan, tetapi untuk keberadaan mereka.'

 

Artinya, hak-hak kita sebagai perempuan pekerja itu bukan cuma soal lifestyle atau prestige, tapi soal kelangsungan hidup kita dan keluarga."

"Dalem banget, Mba! Relate banget sama kondisi sekarang. Walaupun udah banyak kemajuan, tapi kayaknya isu perempuan pekerja tuh gak pernah bener-bener selesai ya?" Gue curhat sambil mikir soal gender pay gap, glass ceiling, atau beban ganda yang sering dialami perempuan karir zaman sekarang.


Mba Clara mengangguk setuju. "Betul sekali. Memang udah banyak kemajuan. Sekarang udah ada undang-undang perlindungan pekerja, jam kerja lebih manusiawi, pendidikan udah lebih setara. Tapi tantangan baru juga muncul. Dulu kita berjuang lawan eksploitasi fisik di pabrik, sekarang kita hadapi eksploitasi digital, tekanan performa yang gila-gilaan, burnout, diskriminasi halus di kantor, bahkan online harassment."

"Bener banget, Mba! Apalagi di era media sosial gini, tekanan buat perempuan makin kompleks. Harus perfect di kerjaan, di rumah, di medsos. Kadang capek banget rasanya," keluh gue.

Mba Clara tersenyum bijak. "Generasi kalian hidup di dunia yang berbeda, tantangannya juga beda. Tapi prinsipnya tetap sama: solidaritas dan keberanian. Dulu kita berjuang di jalanan, sekarang kalian bisa manfaatin teknologi buat bersuara. Jangan pernah takut untuk menuntut hakmu. Jangan biarkan dirimu di-gaslight atau dianggap lebay kalau memperjuangkan kesetaraan. Ingat, perjuangan untuk keadilan itu gak pernah instan, butuh proses panjang dan konsisten."

"Terus, nasihat Mba Clara buat kita-kita generasi now biar perjuangan ini gak kendor gimana?" tanya gue antusias.

Mba Clara mikir sebentar, lalu jawab dengan mantap:

  1. "Kritis tapi Kolaboratif: Jangan cuma julid di medsos, tapi belajar analisis masalah secara mendalam. Ajak teman-teman buat diskusi, cari solusi bareng. Kolaborasi itu powerfull banget."

  2. "Berani Bersuara, Gak Pake Baper: Jangan takut speak up kalau ada yang gak adil. Suarakan pendapatmu dengan tegas tapi tetap santun. Kalau ada yang nyinyir atau hate speech, block aja! Energi kalian terlalu berharga buat ngurusin haters."

  3. "Jaga Kesehatan Mental & Fisik: Perjuangan itu harusnya kaya lari maraton, bukan sprint. Jangan lupa istirahat, me time, olahraga, dan cari dukungan dari orang-orang tersayang. Kesehatan kalian itu aset utama."

  4. "Edukasi Diri Terus Menerus: Dunia terus berubah, tantangan juga makin kompleks. Jangan pernah berhenti belajar dan mengembangkan diri. Baca buku, ikut seminar, networking, biar wawasan kalian makin luas."

  5. "Solidaritas Tanpa Batas: Ingat, perjuangan perempuan itu gak cuma buat perempuan aja, tapi buat semua orang. Dukung gerakan keadilan sosial lainnya, kayak isu lingkungan, isu disabilitas, isu rasial. Kita semua terhubung."

"Wih, insightful banget Mba Clara! Makasih banyak ya buat obrolan hari ini. Bener-bener jadi semangat lagi buat gercep memperjuangkan kesetaraan," kata gue sambil senyum sumringah.

Mba Clara bales senyum sambil mengangguk, "Semangat terus, generasi masa depan! Ingat, 'Bergeraklah bersama barisan besar kaum proletar. Di dalamnya Anda akan menemukan kebebasan dan kegembiraan, tujuan yang mulia untuk mengisi hidup Anda."

Tiba-tiba aja suasana jadi agak blur, dan pas gue kedip mata, eh udah balik lagi di kamar sambil scroll TikTok. Tapi obrolan sama Mba Clara tadi masih jelas banget di kepala. Bener kata Mba Clara, perjuangan belum selesai. Dari zaman old sampe zaman now, isu perempuan pekerja emang selalu update.


Tapi dengan semangat solidaritas dan keberanian, kita pasti bisa bikin perubahan! Yuk, gas terus generasi Z dan Milenial! Jangan kasih kendor!


Sumarnita Boru Gurning.


Baca Juga Kado IWD kemenangan Septia

Networked By : Tim Media FSP Farkes-R

Olah Kata & Prompt Design By : Ilyas Husein


Posting Komentar

0 Komentar