![]() |
Kegiatan FSP FARKES-R di Makassar |
Ah....melihat foto kegiatan Ketua Umum Evi Krisnawati di Makassar, tiba-tiba tergugah untuk menulis soal IDEOLOGI persatuan buruh..... coba telaah kaitan antara dalil Islam dan Rerum Novarum dalam membela hak-hak buruh. Begini lho, kayak lagi mikir keras sambil ngopi santai.
Oke, jadi Rerum Novarum , itu kan kayak "surat cinta" Paus Leo XIII di akhir abad ke-19, pas lagi heboh-hebohnya revolusi industri. Banyak buruh diperes keringatnya demi keuntungan segelintir orang. Nah, di situ Rerum Novarum muncul, ngebahas hak-hak buruh, kayak upah yang layak, jam kerja yang manusiawi, sampai hak buat berserikat.
"Ketika kita memuliakan buruh, kita memuliakan ciptaan-Nya; karena dalam setiap pekerjaan yang dilakukan dengan ikhlas, terdapat cahaya iman dan harapan."
Terus, kalau kita lihat ajaran Islam? Wah, dari dulu banget, jauh sebelum Rerum Novarum , Islam udah ngasih perhatian khusus sama hak-hak pekerja. Coba deh, inget hadis Nabi Muhammad SAW yang bilang, "Berikanlah kepada pekerja upahnya sebelum kering keringatnya." Itu kan dalil yang kuat banget soal keadilan upah.
Nah, menariknya, meski lahir dari konteks yang berbeda – Rerum Novarum.
dari ajaran Katolik dan dalil Islam dari wahyu Ilahi – ada benang merahnya, lho. Keduanya sama-sama menekankan pentingnya keadilan dan kesejahteraan pekerja. Islam jelas melarang eksploitasi dan mengucilkan, dan Rerum Novarum juga mengkritik keras kapitalisme yang tidak terkendali saat itu yang membuat buruh sengsara.
Kita bisa lihat, misalnya, soal upah. Islam mengajarkan upah yang adil, yang bisa mencukupi kebutuhan dasar pekerja dan keluarganya. Mirip kan sama seruan Rerum Novarum tentang upah adil ? Begitu juga soal jam kerja. Islam mengajarkan keseimbangan dalam hidup, bukan cuma kerja doang. Makanya ada anjuran buat istirahat. Rerum Novarum juga ngasih perhatian ke jam kerja yang jangan sampai bikin buruh kelelahan dan sakit.
Mungkin secara statistik, kita bisa melihat, di negara-negara dengan mayoritas Muslim, penerapan perlindungan buruh terkadang naik turun. Begitu juga di negara lain yang mempengaruhi Rerum Novarum . Tapi intinya, baik dalil Islam maupun Rerum Novarum itu kayak kompas moral buat kita dalam memperlakukan pekerja secara adil. Keduanya jadi pengingat bahwa kemajuan ekonomi tidak boleh mengorbankan harkat dan martabat manusia, khususnya para buruh yang jadi tulang punggung produksi.
Jadi, meskipun konteksnya berbeda, esensi keberpihakan pada buruh itu ada dalam keduanya. Kayak dua sisi mata koin yang sama, sama-sama penting dan saling melengkapi. Gimana, cukup masuk akal kan?
![]() |
Cover story |
Narated & Edited by :Tim Media FSP FARKES
Kontributor dan Graphic design By : Ilyas Husein
1 Komentar
perbedaan itu indah jika disikapi dengan hati yang bersih. komunikasi dan keterbukaan kunci hubungan industrial yang harmonis
BalasHapus