google-site-verification=ZmMQjNJaafwUyB4tCOuIr-ULeAPr_l_bz-JGQBYe-k4 Re-Aktualisasi Militansi dari Surat Al Mudatsir

Re-Aktualisasi Militansi dari Surat Al Mudatsir

Evi Krisnawati-Ketua Umum FSP FARKES-R






Surat Al-Mudatsir ayat 1-5, dengan seruan "Hai orang yang berkemul (berselimut)!", "bangunlah, lalu berilah peringatan!", "dan Tuhanmu agungkanlah!", "dan pakaianmu bersihkanlah," serta "dan perbuatan dosa (berhala) tinggalkanlah," mengandung pesan mendalam yang relevan untuk membangkitkan militansi serikat buruh masa kini.


Ayat pertama menegaskan bahwa tidak ada tempat untuk pasivitas atau keterlenaan. "Berkemul" melambangkan kondisi berdiam diri, enggan bergerak atau bertindak. Bagi serikat buruh, ini berarti tidak bisa hanya berpuas diri dengan status quo atau menunggu perubahan tanpa upaya aktif. Ayat ini adalah panggilan untuk bangkit dari kenyamanan atau ketidakberdayaan.


Seruan "bangunlah, lalu berilah peringatan!" adalah inti dari militansi. Ini adalah mandat untuk bersuara, mengadvokasi, dan memperjuangkan hak-hak buruh. "Peringatan" di sini bukan sekadar pemberitahuan, tetapi seruan lantang terhadap ketidakadilan, eksploitasi, dan kondisi kerja yang tidak layak. Konteks zaman now menuntut serikat buruh untuk lebih proaktif dalam menyampaikan aspirasi, mengkritisi kebijakan yang merugikan, dan mengedukasi anggota serta masyarakat luas mengenai isu-isu perburuhan.


"Dan Tuhanmu agungkanlah!" memberikan landasan spiritual dan moral bagi militansi. Perjuangan serikat buruh bukanlah semata-mata urusan duniawi, tetapi juga bagian dari pengabdian kepada nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan yang diajarkan agama. Ini mengingatkan bahwa tujuan perjuangan adalah untuk kebaikan bersama dan mencari ridho Ilahi, bukan sekadar kepentingan pribadi atau golongan. Dengan demikian, militansi dilandasi dengan etika dan moralitas yang kuat.


"Dan pakaianmu bersihkanlah," secara simbolik dapat diartikan sebagai menjaga integritas dan profesionalitas dalam perjuangan. "Pakaian" melambangkan identitas dan representasi.


Serikat buruh harus menjaga citra dan kredibilitasnya dengan menjauhi praktik-praktik korupsi, nepotisme, atau tindakan yang mencoreng nama baik organisasi. Kebersihan di sini juga bisa berarti fokus pada tujuan utama perjuangan buruh, tidak terdistraksi oleh kepentingan-kepentingan lain yang menyimpang.


"Dan perbuatan dosa (berhala) tinggalkanlah," dalam konteks serikat buruh dapat dimaknai sebagai menolak segala bentuk praktik yang merugikan perjuangan, seperti perpecahan internal, sikap individualistis, ketergantungan berlebihan pada pihak lain yang berpotensi mengkompromikan independensi, atau tergiur oleh iming-iming kekuasaan sesaat yang mengorbankan idealisme. Serikat buruh harus fokus pada tujuan luhur membela hak-hak pekerja dan menghindari "berhala-berhala" duniawi yang dapat melemahkan semangat militansi.


Dengan memahami kandungan ayat-ayat ini dalam konteks perjuangan buruh, serikat buruh zaman now dapat membangun kesadaran militansi yang kokoh. Militansi ini bukan sekadar aksi demonstrasi atau konfrontasi fisik, tetapi lebih kepada semangat untuk terus berjuang secara aktif, terorganisir, beretika, dan berlandaskan pada nilai-nilai keadilan. Ini adalah militansi yang cerdas, strategis, dan berkelanjutan, yang mampu menghadapi tantangan zaman dan membawa perubahan positif bagi kesejahteraan kaum buruh.


Selamat Memperingati Isra Mi’raj  2025

Ketua Umum FSP FARKES-R

Evi Krisnawati


Posting Komentar

0 Komentar