google-site-verification=ZmMQjNJaafwUyB4tCOuIr-ULeAPr_l_bz-JGQBYe-k4 "Gokil! Kalau Bung Tan Malaka Jadi Ketua Serikat Pekerja Zaman Now: Prospek & Gebrakannya"

"Gokil! Kalau Bung Tan Malaka Jadi Ketua Serikat Pekerja Zaman Now: Prospek & Gebrakannya"


Tan Malaka




Di tengah hiruk pikuk dunia kerja "jaman now" yang serba cepat, penuh disrupsi teknologi, dan dihantui bayang-bayang fleksibilitas ala kapitalisme, terlintas sebuah fantasi liar: bagaimana jadinya jika sosok revolusioner seperti Tan Malaka didaulat menjadi ketua umum sebuah serikat pekerja masa kini? Tokoh yang hidup di era pergerakan kemerdekaan itu, dengan pemikiran anti penindasan yang kental dan semangat anti-imperialisme yang membara, tentu akan memberikan warna dan gebrakan yang luar biasa. Mari kita intip dialog imajiner dan pemikiran-pemikirannya yang relevan dalam menghadapi tantangan ketenagakerjaan kekinian.

(Adegan: Sebuah rapat kecil di kantor serikat pekerja. Seorang pekerja muda, Andi, tampak antusias berbicara dengan seorang sosok karismatik berpeci, yang tak lain adalah Tan Malaka.)

Andi: Bung, jujur ya, saya seringkali ngerasa kayak pion aja di perusahaan. Kerja keras, target tinggi, tapi giliran ada masalah atau hak-hak kita diabaikan, suara kita kayak nggak didenger. Apalagi sekarang banyak banget sistem kerja outsourcing, freelance, kayak kita ini nggak punya kepastian masa depan.

Tan Malaka: (Mengangguk dengan tatapan tajam namun penuh pengertian) Saudara merasakan betul apa yang disebut keterasingan. Dulu, di zaman pergerakan, kita menyebutnya sebagai akibat dari penindasan kolonialisme. Sekarang, bungkusnya lebih modern, lebih halus, tapi esensinya sama: eksploitasi. Seperti yang pernah saya tulis dalam Madilog: "Berpikir objektif adalah berpikir menurut logika materi, menurut jalannya materi sendiri. Jalan materi itu berjalan dan berjalan menurut hukumnya sendiri, dari yang sederhana ke yang lebih sempurna." Artinya, kita harus melihat akar masalahnya secara mendalam, bukan sekadar terpaku pada gejala-gejalanya.

"Satu dua diantara berbagai ukuran yang biasanya kita pakai terhadap seseorang yang terjun ke depan masyarakat sebagai pemimpin ialah, apakah pertama sekali ia dapat melihat ke depan, dan kedua apakah di cukup mempunyai watak konsekuen untuk memegang pandangannya ke depan itu."


 Makna: Tan Malaka menyoroti dua kualitas penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang maju ke depan dalam masyarakat: kemampuan untuk melihat ke depan dengan visi yang jelas, dan konsistensi dalam mempertahankan pandangannya terhadap tujuan yang diinginkan.



Andi: Nah, itu dia, Bung! Gimana caranya kita, sebagai pekerja zaman sekarang, bisa punya daya tawar yang kuat? Apalagi sekarang banyak banget influencer atau motivator yang bilang, "Kerja keras aja, nanti juga sukses." Tapi kenyataannya, banyak teman-teman saya yang udah kerja keras banting tulang, hidupnya gitu-gitu aja.

Tan Malaka: (Tersenyum tipis) Propaganda kaum borjuis memang selalu ampuh dalam membius kesadaran kelas pekerja. Mereka ingin kita percaya bahwa individu bertanggung jawab penuh atas nasibnya. Padahal, sistemlah yang seringkali menjadi penghalang. Dalam Naar de Republiek Indonesia, saya menekankan pentingnya persatuan: "Persatuan adalah senjata yang paling ampuh bagi kaum lemah." Di zaman digital ini, persatuan bisa diwujudkan melalui jaringan yang lebih luas, memanfaatkan teknologi untuk mengorganisir diri. Tapi ingat, persatuan bukan hanya sekadar kumpul-kumpul, tapi harus ada kesadaran kelas dan tujuan yang jelas.

Andi: Tapi Bung, sekarang ini kan eranya gig economy. Banyak anak muda yang lebih milih jadi freelancer karena katanya lebih fleksibel, bisa jadi bos untuk diri sendiri. Gimana kita bisa merangkul mereka dalam serikat pekerja?

Tan Malaka: Fleksibilitas itu jargon yang manis, tapi seringkali menyembunyikan ketidakpastian dan kerentanan. Para pekerja gig economy juga rentan terhadap eksploitasi, minim perlindungan sosial, dan seringkali tidak punya daya tawar yang kuat. Kita harus mendekati mereka dengan bahasa yang mereka pahami, menunjukkan bahwa serikat pekerja bukan hanya untuk pekerja pabrik atau kantoran. Justru di era yang serba individual ini, solidaritas antar pekerja menjadi semakin penting. Seperti yang saya katakan dalam Aksi Massa: "Tujuan kita satu: Penghapusan penghisapan manusia atas hak manusia lainnya. Jalan ke arah tujuan itu ada dua: strijd dan pengorbanan." Perjuangan untuk mendapatkan hak-hak yang layak adalah keniscayaan, entah itu pekerja formal maupun informal.



Jika suatu negara misalnya Amerika akan menguasai samudera dan dunia, dia mesti merebut Indonesia terlebih dahulu untuk sendi kekuasaan”-Tan Malaka.


 

Andi: Terus, Bung, dengan gempuran teknologi dan otomatisasi, banyak banget pekerjaan yang terancam hilang. Gimana kita menyikapi ini? Apakah kita harus menolak kemajuan teknologi?

Tan Malaka: Menolak kemajuan teknologi sama saja dengan menolak kemajuan sejarah. Teknologi seharusnya bisa membebaskan manusia dari kerja keras yang memeras tenaga, bukan justru menggantikan manusia sepenuhnya lalu menciptakan pengangguran massal. Di sinilah peran serikat pekerja untuk mendesak pemerintah dan pengusaha agar transisi teknologi ini dilakukan dengan bertanggung jawab, dengan mempertimbangkan nasib para pekerja. Pelatihan ulang, penciptaan lapangan kerja baru yang lebih manusiawi, dan jaminan sosial yang kuat adalah beberapa solusi yang harus kita perjuangkan.


"Selama orang percaya bahwa kemerdekaan bisa tercapai dengan jalan putch atau anarkisme, hanyalah impian seorang yang sedang demam." 

Makna: Tan Malaka menegaskan bahwa upaya mencapai kemerdekaan dengan cara-cara kekerasan atau tanpa aturan tidak realistis dan tidak akan berhasil. Kemerdekaan harus dicapai melalui perjuangan yang terorganisir, disiplin, dan terarah, termasuk dalam upaya memerdekakan pekerja dari keterhisapan dan penindasan.


Andi: Satu lagi, Bung. Sekarang ini kan banyak banget perusahaan multinasional yang beroperasi di Indonesia. Kadang mereka lebih patuh sama aturan di negara asalnya daripada aturan di sini. Gimana kita bisa menekan mereka untuk menghormati hak-hak pekerja di Indonesia?

Tan Malaka: Ini adalah wajah baru imperialisme. Mereka mengeksploitasi sumber daya alam dan tenaga kerja di negara-negara berkembang demi keuntungan yang sebesar-besarnya. Solidaritas internasional antar serikat pekerja menjadi kunci. Kita harus membangun jaringan dengan serikat pekerja di negara lain untuk menekan perusahaan-perusahaan multinasional ini agar bertindak adil. 


Ingatlah, "Internasionalisme proletar (maknanya persatuan kaum buruh tanpa lintas batas agama, ras, suku bangsa) adalah kunci kekuatan kita menghadapi kapitalisme global." (Meskipun kutipan persisnya mungkin tidak ditemukan dalam karya Tan Malaka, semangat ini sangat relevan dengan pemikirannya).

"Tetapi, jika pemerintah Indonesia kembali dipegang oleh kaki tangan seorang kapitalis asing walaupun bangsa Indonesia itu sendiri, dan 100% perusahaan modern berada ditangan kapitalis asing, seperti di zaman 'Hindia Belanda' maka Revolusi Nasional itu berarti membatalkan Proklamasi dan kemerdekaan Nasional dan mengembalikan kapitalisme dan imperialisme internasional."

 Makna: Tan Malaka menekankan bahwa revolusi nasional harus menghasilkan kemerdekaan yang sejati bagi bangsa Indonesia, bukan hanya dalam bentuk formalitas politik. Jika kekuatan ekonomi dan politik masih dipegang oleh kapitalis asing, maka itu tidak sesuai dengan tujuan proklamasi kemerdekaan, dan Indonesia akan tetap menjadi objek kapitalisme dan imperialisme internasional.


(Tan Malaka menepuk bahu Andi dengan penuh semangat.)

Tan Malaka: Perjuangan kelas tidak pernah usai. Bentuknya mungkin berubah, tantangannya mungkin berbeda, tapi semangat untuk memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan bagi kaum pekerja harus terus menyala. Jangan pernah lelah untuk berorganisasi, jangan pernah takut untuk menyuarakan kebenaran, dan jangan pernah melupakan bahwa kekuatan terbesar kita ada pada persatuan.

"Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali." 

Makna: Tan Malaka menekankan pentingnya kesadaran sosial dan keterlibatan dalam perjuangan sosial bagi kaum muda. Dia menegaskan bahwa pendidikan harus menghasilkan individu yang peduli dan mau berjuang untuk keadilan sosial, bukan sekadar mencari keunggulan pribadi.



Ngaji Filsafat Tan Malaka- Ust Fahrudin Faiz



Andai dialog  imajiner ini menjadi kenyataan, kepemimpinan Tan Malaka di serikat pekerja zaman now tentu akan menjadi angin segar. Dengan pemikiran yang tajam, semangat yang membara, dan visi yang jelas, beliau akan mampu menginspirasi kaum pekerja untuk tidak hanya menjadi objek dari sistem kapitalisme, tetapi menjadi subjek yang aktif memperjuangkan hak-haknya dan menciptakan dunia kerja yang lebih adil dan manusiawi. Gebrakan-gebrakan seperti kampanye digital yang kreatif, aksi massa yang terorganisir, dan lobi-lobi politik yang cerdas, tentu akan menjadi senjata ampuh dalam menghadapi tantangan ketenagakerjaan di era modern ini. "Gokil" memang, jika membayangkan Tan Malaka memimpin perlawanan kaum pekerja di zaman now!


"Satu kelas atas satu bangsa yang tidak mampu melemparkan peraturan-peraturan kolot serta perbudakan dengan perantaraan revolusi, niscaya musnah atau ditakdirkan menjadi budak buat selama-lamanya."
 

Makna: Tan Malaka menyoroti bahwa kelas atas dalam suatu masyarakat yang tidak bersedia mengubah struktur yang menindas melalui revolusi, akan berakhir hancur atau terus menderita. Ini menekankan pentingnya perubahan sosial dan politik yang radikal dalam memperjuangkan keadilan sosial.


Menjadi pemimpin dalam gerakan buruh jaman now harus memiliki moto seperti kata beliau 

 Terbentur, Terbentur, Terbentuk dan Bukan Terbentur, Mundur Teratur lalu Kabur.

Organisasi serikat pekerja harus menjadi tempat ideal untuk saling bertumbuh, berdemokrasi dan mendewasakan pemikiran, seperti kata beliau 


Air berkumpul dengan Air, Minyak berkumpul dengan minyak, orang cenderung akan berkumpul dengan yang setipe dengannya

maknanya- dalam organisasi yang baik pemikiran pemikiran yang baik yang harus di bangun sebagai disiplin organisasi karena dari pemikiran yang baik akan menarik hasil yang baik

Lets Get Involved Now-#BanggaBerserikat, #Proud To Be A union member




Memahami Tan Malaka menurut Bung Kahar



#BanggaBerserikat


Posting Komentar

0 Komentar